Bisnis lele sangat prospektif, web ini diperuntukan untuk komunitas petani lele di seluruh Indonesia. Kami menggunakan MKA Bio penemuan Dr. Sugeng Hariadi,S.Pd.yang mampu mengurai kotoran di dalam kolam sehingga menjadi plankton/makanan ikan. hubungi kami : pipitdcs@yahoo.com dan suwarno.bisnislele@yahoo.com. Dengan MKA Bio, produksi lele kita akan optimal dan cocok untuk kolam lele perkotaan. Gabung di Group Komunitas Lele kirim email kosong ke = komunitaslele-subscribe@yahoogroups.com
Kamis, 19 Desember 2013
Selasa, 02 April 2013
BIO 3 PROBIOTIK UNTUK PERIKANAN AIR TAWAR
BIO 3
PROBIOTIK UNTUK PERIKANAN AIR TAWAR
Kehidupan ikan di kolam secara rutin mengeluarkan kotoran. Ini sesuatu yang sifatnya fisiologis. Tetapi jika jumlah ikannya banyak, katakan sampai ribuan, maka dalam sehari kotoran yang diproduksi juga sangat banyak.
Pada tingkat tertentu dan kurun waktu tertentu pula, produk kotoran ini menjadi patologis, karena bertumpuknya kotoran menimbulkan polusi, dan kondisi diperburuk dengan adanya sisa makanan yang tidak termakan.
Jika air kolam juga tidak tersirkulasi, maka soal polusi kolam menjadi sangat serius, yang menjadi masalah, bertumpuknya kotoran yang nota bene mengandung bahan organic, akan mengundang bakteri pembusuk yang kemudian memicu proses pembusukan. Bau busuk menjadi tidak terhindarkan, dimana akan membuat lingkungan kolam menjadi tidak sehat bagi kelangsungan hidup ikan dan bahkan pada komunitas orang yang tinggal disekitarnya
Polusi air kolam adalah salah satu penjelas terjadinya tingginya angka kematian ikan. Rutinitas mengganti air bukan menjadi solusi yang pas, selain meningkatkan biaya produksi. Pilihan yang akurat adalah penggunaan “ Aplikasi Mikrobiologis “
BIO 3 adalah koloni mikrobakterium (mikroba) non pathogen yang secara KHUSUS dibuat untuk memperbaiki kualitas air kolam.
Probiotik untuk kola mini mengambil peran mengurai (dekomposan) dan memfermentasi material organic untuk diubah menjadi unsur, yang kemudian akan merangsang tumbuhnya plankton (makanan alamiah ikan). BIO 3 berfungsi sebagai regulator ekosistim
Polutan oleh kotoran ikan dan sisa pakan, justeru diubah menjadi sesuatu yang produktif untuk kolam. Hilangnya bau tak sedap di kolam adalah indikasi tidak ada lagi proses pembusukan, yang menjamin kelangsungan hidup ikan
POLA KOLAM BIO 3
Dalam dunia pertanian ada mainsream baru tentang pertanian organik, prinsip dasar konsep ini bukan pertama-tama karena pemberian kompos, tetapi lebih pada aplikasi mikrobiologis (Probiotik untuk tanah BIO 1) untuk memperkuat basis biota tanah. Konsep yang sama bisa diaplikasikan untuk perikanan, dalam genre baru PERIKANAN ORGANIK
1. BIS BETON ( GORONG-GORONG )
Penambahan fasilitas kolam dengan bis beton / gorong-gorong ( atau yang berfungsi sama, tidak tembus panas dan kedap udara ) untuk perlindungan dan perindukan mikroba. Diapasang berdiri atau tertidur ( yang jelas bila dipasang berdiri bagian atasnya harus ditutup )
2. PEMBERIAN PROBIOTIK KOLAM ( BIO 3 )
Berikan BIO 3 pada malam hari, sedikitnya 1 botol pada setiap petak kolam. Tambahkan pula BIO 3 secukupnya untuk setiap 10 hari. Untuk kolam yang lebih kecil seperti aquarium, berikan 1 sdt saja untuk setiap 10 hari
3. PENAMBAHAN KOTORAN TERNAK
Penambahan bahan organic seperti kotoran ternak atau limbah sawah, sebaiknya setelah melalui proses composting, untuk ikan-ikan kecil sebaiknya tidak harus diberi kompos, kalaupun harus diberi taruhlah kompos dalam sak (untuk menghindari ikan terperangkap didalam sak)
4. PERENDAMAN KOMPOS
Biarkan kompos terendam air kolam, sedikitnya 2 (dua) minggu, tunggu sampai muncul kehidupan air oleh berbagai serangga
5. TANAMAN AIR
Penambahan tanaman air bisa berfungsi sebagai regulator alam, pakan alami ikan, sumber pakan tambahan, selain meningkatkan pendapatan kolam ( sebaiknya pilih tanaman yang produktif, seperti kangkung )
6. PENEBARAN BIBIT
Saat tebar bibit, buat composting basah, masukkan kotoran ternak dan limbah sawah dalam bak air dengan penambahan probiotik kolam ( BIO 3 ).
Tutup terpal setidaknya 3 – 4 minggu / 1 bulan. Bisa ditambahkan pada kolam atau disiapkan untuk mulai kolam baru setelah panen
Konsep ini untuk menata EKOSISTIM. Bila ekosistim kolam hidup, kematian ikan menjadi limit, turunnya kebutuhan konsentrat serta air kolam tidak perlu diganti. Malah bila mungkin, air kolam jangan dibuang ketika panen. Sebaiknya diputar kembali untuk membuat kolam baru, kecuali dimanfaatkan untuk pupuk sawah.
Air kolam yang sudah OK, dari aspek fisika, kimia dan biologi, sangat OK untuk kehidupan ikan, ketimbang air yang baru.
10 SUKSES PEMAKAIAN BIO 3 ( PERCOBAAN PADA IKAN LELE )
1. Warna air kolam menjadi sangat spesifik, bisa jernih, kehijauan, merah bata atau gelap. Yang pasti ikan tetap sehat dan tidak perlu ganti air
2. Bau kolam yang tidak sedap, hilang.
3. Angka kematian ikan jauh menurun, nyaris limit
4. Pertumbuhan ikan serempak, tidak ada yang menonjol
5. Postur tubuh ikan lele lebih panjang, gemuk dan kenyal
6. Ikan tidak amis, rasa dagingnya lebih enak dan gurih (serasa ikan lele sungai tempo dulu)
7. Panen lebih cepat, 2 bulan sudah bisa dipanen (tebar bibit ukuran 5 x 7)
8. Air kolam tidak perlu diganti, sangat bermakna dalam penurunan biaya produksi
9. Pemindahan dari kolam ke kolam, tidak diikuti stress pada ikan
10. Kebutuhan konsentrat turun hingga 40 – 60 % (tergantung persediaan kompos)
“ KAPLING BELATUNG ORGANIK “
BAHAN YANG DIPERLUKAN :
Ketela pohon / ketela jenderal ( diparut )
Ampas tahu
Katul ( di ayak / saring )
Tepung ikan / udang
Kotoran ayam potong
BIO 1
Air kedelai / air pres-presan tahu ( aceman ) / air leri
CARA PEMBUATAN :
Semua bahan dicampur
Minimal bahan ketebalan 10 Cm
Usahakan nyembek-nyembek ( cenderung basah tapi jangan banjir )
Ditutup kain basah, diikat tali / karet
Peram sedikitnya 1 minggu
“ MAKANAN ALTERNATIF DARI KOTORAN KAMBING “
BAHAN YANG DIPERLUKAN :
Kotoran kambing ( kering ) : 1 glansing
Tepung ikan / udang : 1 Kg
Katul / dedak : 3 Kg
BIO 2 : 3 tutup
Tetes / molase : 1 gelas ( 200 ml )
Urea : 1 Sdm
CARA PEMBUATAN :
Siapkan jerigen air isi 5 liter
Tambahkan tetes 1 gelas, urea 1 sdm, BIO 2 ( 3 tutup )
Tutup rapat / dikocok-kocok dan diamkan / peram sedikitnya 1 minggu
Printil kambing diler, tambahkan katul / dedak
Tambahkan air hasil peraman
“ NUTRISI TAMBAHAN PADA IKAN LELE “
BAHAN YANG DIPERLUKAN :
Rebusan air kedelai ( dalam kondisi dingin )
Anceman tahu ( air pres-presan tahu )
Air leri ( limbah cucian beras )
BIO 2
CARA PEMBUATAN :
Salah satu bahan tersebut diatas, difermentasi dengan BIO 2, dengan perbandingan tiap 1 tutup botol untuk 10 liter bahan diatas, masukkan drum / tong tertutup rapat, diamkan / peram sedikitnya 1 minggu, letakkan ditempat teduh
Selanjutnya secara terus menerus kita membuat permentasi ( untuk stok )
Air dari hasil fermentasi tadi digunakan untuk merendam pakan ikan ( pellet ) sedikitnya 15 – 30 menit, sebelum ditebarkan pada ikan
TIP PENYIMPANAN :
1. Mikroorganisme Probiotik butuh suasana ANAEROB (tanpa udara/O2)
2. Segera menutup kembali bila membuka botol
3. Hindari sengatan sinar matahari secara lansung
4. Pencampuran dengan air pastikan tidak mengandung DISINFEKTAN dari ANTISEPTIC, seperti air PDAM, kaporit, clorin, formalin, minyak tanah dll
Jumat, 11 Januari 2013
PERSYARATAN LOKASI LELE
PERSYARATAN LOKASI LELE :
Sebelum terjun ke bisnis lele sebaiknya mempersiapkan lokasi kolam lele
- Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapatdigunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.
- Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
- Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
- Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
- Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
- Ikan lele dapat hidup pada suhu 20 0 C, dengan suhu optimal antara 25-28 0C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-30 0 C dan untuk pemijahan 24-28 0 C.
- Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O 2 .
- Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.
- Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
- Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup, seperti enceng gondok.
- Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60cm; kebutuhan O 2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO 2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
- Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
- Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
- Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
- Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
- Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
- Kedalaman air 30-60 cm.
Selasa, 31 Juli 2012
KOLAM IKAN LELE TANPA GANTI AIR
Oleh Manggar Kesuma Ayu
RUBRIK Ragam Suara Merdeka 1 Mei 2009, menurunkan tulisan tentang ”Kolam Terpal untuk Lele Dumbo”. Sangat menarik, karena memberi wacana bahwa berkolam ikan bisa dibuat mudah, selain murah. Pengalaman kita juga demikian. Yang agak mengganggu adalah sub judul tentang ”Rutin Mengganti Air”. Ini masalah klasik yang tidak sederhana, pekerjaan melelahkan yang membuat orang ragu untuk masuk dunia kolam ikan. Fakta di lapangan, bengkaknya biaya operasional antara lain terlahir karena rutinitas penggantian air.
Kolam ikan dengan rutin ganti air, petunjuk pendekatan kolam masih konvensional. Orang masuk dunia kolam ikan biasanya latah karena orang lain berhasil bermain ikan. Mereka berpikir terlalu simpel bahwa kolam ikan hanya menyangkut penyediaan bak air (bisa kolam tanah, beton atau terpal), ikan dan pakan dari kosentrat. Alih-alih membayangkan panen, ternyata menuai kegagalan. Hasil produksi tidak sebanding dengan melambungnya biaya produksi. Kenyataan ini yang membuat tidak sedikit dari para pelaku kolam ikan yang akhirnya membiarkan bak kolamnya kosong, untuk tidak menyebutnya sebagai bangkrut dengan investasi yang percuma.
Menyebut masalah yang muncul dari pola kolam konvensional antara lain adalah : 1) Kolam bau busuk. Ini terjadi karena polusi dari pembusukan kotoran ikan, selain dari sisa pakan ikan yang tidak termakan. 2) Angka kematian tinggi. Ini akibat tingginya polusi air kolam. 3) Bea pakan tinggi. Pakan biasanya tergantung dari kosentrat. Ada postulat input pakan = out put daging ikan. Pola ini rentan terhadap perubahan harga pasar, yaitu ketika harga ikan turun atau pakan naik. 3) Bea operasional tinggi. Rutinitas ganti air untuk atasi polusi, berakibat bengkaknya bea operasional yang terkait dengan bea listrik, bahan bakar dan tenaga kerja. 4) Surplus pendapatan minim (kalau tidak malah gagal panen - rugi)
Mari kita belajar dari dari kolam ikan alam seperti di sungai, laut, rawa-rawa atau danau. Secara sepesifik, di tempat-tempat ini ada air tergenang. Ada jumlah ikan dengan variasi cukup dan bahkan ada yang sangat besar seperti ikan paus. Yang menarik, siapa yang pernah menebar bibit, memberi pakan dan yang mengganti air. Bila ada penggantian air, menunggu hujan turun di mana mata air mengalir dan air hujan menyentuh sudut-sudut rawa dan laut. Ada yang luar biasa dari kolam alam buatan pemilik langit ini, yaitu bahwa adanya ekosistem yang hidup. Sudah barang tentu, yang kurang dari kolam konvensional, karena para pengkolam tidak pernah memasukkan kosep ekosistem dalam pola kolam ikan mereka.
EKOSISTEM BUATAN
Konsep ekosistem kolam, ini yang sering dilontarkan seorang Dr. Sugeng Hariadi, S.Pd alumnus Fakultas Kedokteran Undip yang konon juga pernah kuliah di IKIP Semarang. Menurut Ketua LKPS ”BHAKTI NUSA” Jombang ini, bila ekosistem kolam ikan hidup, dapat memberi solusi terhadap persoalan kolam ikan hingga layaknya di sungai dan laut. Tidak berbau, angka kematian yang nyaris limit, tidak perlu ganti air, pernurunan bea kosentrat dan tentu, keuntungan hasil panen yang ok.
Apa yang disampaikan Dr Sugeng bukan isapan jempol. Percobaan demi percobaan yang dilakukan di laboratorium kolam miliknya di dusun Sidokampir – Sumobito – Jombang, memberi konklusi bahwa ekosistim buatan adalah sesuatu yang vital dalam pengembangan kolam ikan. Untuk ini, kolam ikan miliknya diberi fasilitas bis beton, yang menurutnya, berfungsi sebagai regulator ekosistem (baca : Bis Beton, Regulator Ekosistem Kolam Ikan).
Adakah seorang petani yang berpikir memperkaya biota tanah (kehidupan dalam tanah) dengan aplikasi mikrobiologis dalam proses pengolahan tanahnya, demikian Dr Sugeng sering mengatakan. Peran bakteri pengurai sangat besar, khusunya dalam proses dekomposisi dan fermentasis bahan organik (baca :Tentang Prikanan Organik). Untuk kolam ikan, bakteri pengurai mengambil peran dalam mengurai kotoran ikan dan sisa makanan yang tak termakan. Kandungan organik komplek pada kotoran ikan dan sisa pakan, akan diurai menjadi unsur-unsur organik yang selanjutnya unsur organik akan merangsang tumbuhnya plankton (makanan alamiah ikan). Dengan kata lain, bakteri pengurailah yang meregulasi ekosistem kolam alam.
Aplikasi mikrobiologis (probiotik kolam) akhirnya menjadi pilihan solusi untuk kolam ikan. Kotoran ikan dan sisa pakan yang tidak termakan, yang berpotensi menjadi polutan bisa diubah menjadi sesuatu yang produktif untuk kolam. Pada kolam alam, selagi masih ada orang yang mau buang hajat di sungai, atau dalam jumlah tertentu bahan organik lainnya seperti sampah pertanian, kelangsungan ikan di sungai dan di laut akan kebutuhan pakan akan terjamin. Rutinitas mengganti air kolam memang bisa menjadi pilihan. Tetapi ini akan meningkatkan bea operasional. Andai logika kolam ikan bisa menisbikan rutinitas ganti air, margin keuntungan berkolam ikan dipastikan akan jauh lebih besar.
Jumat, 21 Oktober 2011
KOMPOSENG
Bahan :
1. Kotoran sapi setengah basah 2 glangseng
2. Kotoran kambing ( kering ) 1 glangseng
3. Kotoran ayam potong 1 glangseng
4. Tepung ikan 5 kg
5. Katul 5 kg
6. MKA Bio 1, 5 tutup
7. Tetes 2 gelas
8. Orea 1 sendok makan
- - Gula merah 1/2 kg
CARA PEMBUATAN :
Kita siapkan dulu dalam jerigen 5 liter di isi tetes 2 gelas di tambah orea 1 sendok di tambah gula merah 1/2 kg di tambah air setengah jerigen di tambah MKA Bio 1, 5 tutup lalu di kocok di tutup rapat kita diamkan selama 3 hari .
Kotoran sapi kotoran kambing kotoran ayam kita ler ditambah katul di tambah tepung ikan baru di tambah air yang udah kita siapkan di jerigen tadi baru di aduk sampai rata, jangan terlalu basah terus kita tutup dengan terpal taruh di tempat yang teduh, di simpan selama 5 hari setelah 5 hari dibuka dan diaduk lalu tambahkan Mka Bio 1, 2 tutup setelah itu ditutup lagi perlakukan hal tersebut sampai 5 kali pembalikan yang terakir baru kita angin – anginkan setelah itu baru bisa dipakai untuk makanan tambahan atau bisa langsung masuk kolam tapi waktu membuat permentasi alasnya tidak boleh tanah
Senin, 20 Juni 2011
MKA BIO - HARA
“MKA B I O – HARA”
(Kompos Kolam)
Nyaris sama seperti sawah yang butuh ketersediaan bahan organik, maka pendekatan terkini untuk kolam ikan juga memberikan bahan organik. Ini sebuah paradigma baru dalam managemen kolam ikan, di mana bahan organik dibutuhkan untuk merangsang munculnya biodiversitas air. Ikan harus dipahami bukan satu-satunya kehidupan dalam air. Keanekaragam hayati yang terbentuk di samping penting sebagai regulator ekosistim juga sekaligus menjamin ketersediaan pakan alam ikan (plankton). Berapa banyak bahan organik yang disediakan untuk kolam, sangat signifikan untuk meningkatkan kualitas hasil panen seiring dengan menurunnya kebutuhan kosentrat pabrikan. Bersama dengan pemberian probiotik untuk kolam (MKA Bio3), maka kita bisa menggelindingkan tema dalam genre “Perikanan Organik”.
Bahan baku :
- Kotoran Ayam - Kotoran Sapi
- Kotoran Kambing - Urin Sapi & Kambing
- Bekatul - Tepung Ikan
Dekomposer & Fermenter : MKA Bio 1
Petunjuk pemakaian
Pemakaian “MKABio-HARA” mengacu pada konsep “Pola Kolam Dr Sugeng”. Bahwa di dunia pertanian ada mainstrem baru tentang pertanian organik. Prinsip dasar konsep ini bukan pertama-tama karena pemberian kompos, tetapi lebih pada aplikasi mikrobiologis (probiotik untuk tanah - MKA Bio 1) untuk memperkuat basis biota tanah. Konsep yang sama bisa diaplikasikan untuk perikanan, dalam genre baru PERIKANAN ORGANIK.
1. Penambahan fasilitas kolam dengan bis beton / gorong-gorong (atau yang berfungsi sama : tidak tembus panas dan kedap udara) untuk perindukan dan perlindungan mikroba. Dipasang berdiri atau tertidur, dengan lubang kecil di bawah bila berdiri (bagian atas tertutup rapat) atau lubang di atas bila tertidur (di kudua ujung ditutup). Diameter lubang 3 - 5 Cm.
2. Pemberian probiotik kolam : MKA Bio 3. Berikan malam hari, sedikitnya 1 (satu) botol setiap petak kolam (6 x 6 m). Tambahkan "MKA Bio 3" secukupnya untuk setiap 7 hari (2-3 tutup botol). Untuk kolam yang lebih kecil seperti aquarium, berikan ½ tutup botol untuk setiap 7 hari.
3. Penambahan bahan organik seperti kotoran ternak atau limbah sawah, sebaiknya setelah melalui proses komposting. Untuk ikan kecil, tidak harus diberi kompos (cukup air dengan penambahan probiotik dan disiapkan sedikitnya 3 hari) . Bila diberi kompos, taruh dalam sak. Pastikan kompos ok. Kalau tidak yakin kompos ok - hanya berujud kotoran ternak yang belum terkomposting - sebaiknya tidak diberi kompos.
4. Biarkan kompos terendam air kolam setidaknya 2 (dua) minggu. Tunggu sampai muncul kehidupan air oleh berbagai serangga. Bila jentik / larva berbagai serangga bisa hidup, kehidupan air lain seperti ikan juga bisa bertahan hidup. Indikator lain, bila air tidak berbau atau berwarna jernih
5. Saat tebar bibit, buat komposting basah. Masukkan kotoran ternak dan limbah sawah dalam bak air (di luar kolam induk) dengan panambahan probiotik sawah (MKA-Bio 1).Tutup terpal setidaknya 4 - 6 minggu. Selama itu, sering dilakukan pembalikan. Bisa ditambahkan pada kolam yang sedang berjalan atau disiapkan untuk mulai kolam baru setelah panen
6. Penambahan tanaman air. Ini bisa berfungsi sebagai regulator alam, sumber pakan tambahan, selain meningkatkan pendapatan kolam. Sebaiknya pilih tanaman air yang produktif semisal Azola pinata, kangkung, dll
Langganan:
Postingan (Atom)